MODUL PERKULIAHAN KOMUNIKASI BISNIS Komunikasi dalam Organisasi
MODUL PERKULIAHAN
|
|
KOMUNIKASI BISNIS
|
|
Komunikasi dalam Organisasi
Hubungan Komunikasi Organisasi Bisnis
|
Secara
umum, komunikasi memiliki dua fungsi penting dalam organisasi yaitu: (1)
komunikasi memungkinkan pertukaran informasi, dan (2) komunikasi membantu
menghubungkan berbagai orang yang ada dalam sebuah organisasi (Curtis et al.,
1996). Atas dasar itu dapat disimpulkan bahwa organisasi membutuhkan komunikasi
untuk mencapai tujuannya.
Telah
diketahui bersama bahwa kegiatan dalam sebuah organisasi bisnis (perusahaan)
sangatlah banyak dan variatif. Berikut ini beberapa contoh kegiatan dalam
organisasi bisnis yang dihubungkan dengan pertukaran informasi.
a. Penetapan
Tujuan Bisnis (Perusahaan)
Penetapan tujuan perusahaan biasanya merupakan
sebuah proses yang melibatkan seluruh tim manajemen perusahaan dalam sebuah
diskusi pada sebuah rapat bisnis. Dalam proses ini dapat dipastikan terjadi
banyak pertukaran informasi.
b. Pembuatan
dan Pelaksanaan Keputusan
Sebuah keputusan yang dibuat oleh seorang manajer
biasanya didasarkan atas berbagai informasi yang diterimanya. Artinya dalam
membuat sebuah keputusan terjadi pertukaran informasi. Selanjutnya, setelah
keputusan dibuat, keputusan ini perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang
berhubungan dengan isi keputusan tersebut untuk dilaksanakan dan hal ini
berarti terjadi lagi pertukaran informasi.
c. Penilaian Kinerja
Berbagai kinerja dalam bisnis (perusahaan) seperti
kinerja karyawan, kinerja keuangan, kinerja produksi, dan tentu saja kinerja
perusahaan secara keseluruhan, perlu dinilai (dievaluasi) dan selanjutnya
digunakan sebagai masukan untuk menyusun berbagai rencana di berbagai unit di
dalam perusahaan tersebut. Dalam kegiatan penilaian (evaluasi) tersebut
diperlukan berbagai informasi. Atas dasar itu dapat disimpulkan bahwa
pertukaran informasi dibutuhkan agar perusahaan dapat melakukan penilaian
terhadap berbagai kinerja.
d. Perekrutan
dan Pengembangan Karyawan
Ketika perusahaan membutuhkan karyawan ataupun
menambah karyawan yang telah ada maka perusahaan harus melakukan perekrutan (recruitment) dan kegiatan ini
menimbulkan pertukaran informasi antara calon karyawan dan perusahaan.
Selanjutnya, setelah karyawan diputuskan untuk diterima di perusahaan maka
perusahaan biasanya melakukan berbagai pelatihan agar karyawan dapat
menyelesaikan tugas-tugas yang diamanatkan kepadanya. Pemberian pelatihan
dikenal dengan istilah pengembangan (development)
karyawan dan dalam kegiatan ini sangat banyak terjadi pertukaran informasi.
e. Pelayanan kepada Pelanggan
Dalam era pemasaran yang berorientasi kepada pelanggan,
maka istilah customer service (pelayanan
pelanggan) merupakan sesuatu yang
niscaya. Kegiatan yang tercakup dalam ‘pelayanan pelanggan’ sesungguhnya tidak
hanya terbatas kepada melayani keluhan dari pelanggan, tetapi lebih dari itu
bahwa perusahaan harus mengidentifikasi apa kebutuhan dan keinginan pelanggan,
melayani kebutuhan dan keinginan pelanggan tersebut, dan tetap memelihara
hubungan baik (antara lain dengan membantu memecahkan masalah pelanggan yang
berhubungan dengan penggunaan produk perusahaan) dengan pelanggan pasca
pembelian produk perusahaan. Semua aktivitas tersebut sangat sarat dengan
pertukaran informasi.
f. Transaksi dengan Pemasok dan Pemberi Pinjaman
Perusahaan memerlukan bahan baku, modal dan berbagai
sumberdaya lain agar dapat menjalankan kegiatannya untuk mencapai tujuan
perusahaan. Semua kegiatan tersebut memerlukan pertukaran informasi.
g. Pembayaran Pajak kepada Negara
Setiap perusahaan merupakan wajib pajak yang harus
memenuhi kewajibannya membayar sesuai peraturan yang ada. Kegiatan ini tentu
saja memerlukan pertukaran informasi.
B. POLA KOMUNIKASI ORGANISASI BISNIS
Bagaimana pola komunikasi dalam organisasi bisnis? Secara
umum pola komunikasi
dalam organisasi bisnis dapat
dikelompokkan ke dalam dua pola yaitu pola komunikasi formal dan pola
komunikasi nonformal. Pengelompokkan ini biasanya didasarkan kepada arah komunikasi yang terjadi dalam
organisasi bisnis tersebut (Curtis et al., 1996).
1. Pola
Komunikasi Formal
Dalam pola komunikasi
formal ini biasanya dibagi atas empat bentuk, yaitu (a) komunikasi dari atas ke
bawah (top-down commu-nication), (b)
komunikasi dari bawah ke atas (bottom-up
commu-nication), (c) komunikasi ke samping (horizontal communication), (d) komunikasi silang (diagonal communication).
a. Komunikasi dari Atas ke Bawah
Secara umum, komunikasi yang
diawali oleh pimpinan kepada karyawan merupakan komunikasi ke bawah atau dari
atas ke bawah. Arus komunikasi yang berawal dari atasan kepada bawahan tersebut
biasanya terkait dengan wewenang dan tanggung-jawab seseorang dalam sebuah
organisasi bisnis.
Komunikasi ke bawah memiliki
lima tujuan pokok (Katz, 1994), yaitu:
1) Memberi pengarahan ataupun
instruksi kerja.
2) Memberi
informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilak-sanakan.
3) Memberi
informasi tentang prosedur dan praktek organisasi.
4) Memberi
umpan-balik tentang pelaksanaan kerja kepada para karyawan.
5) Menyajikan
informasi tentang filosofi organisasi bisnis yang dapat membantu perusahaan
untuk memberi pemahaman tentang tujuan organisasi yang ingin dicapai.
Salah satu kelemahan dari komunikasi ke bawah yaitu
adanya kemungkinan terjadinya penyaringan atau penyensoran informasi penting
sebelum di sampaikan kepada para karyawan. Artinya, informasi yang sampai ke
karyawan bisa tidak selengkap aslinya.
b. Komunikasi dari Bawah ke Atas
Pada prinsipnya, komunikasi yang diawali oleh karyawan kepada pimpinan
merupakan komunikasi ke atas atau dari bawah ke atas.
Para karyawan harus melaporkan
kemajuan mereka dalam penyelesaian tugas-tugas; memberitahukan tugas-tugas apa
yang menyebabkan masalah bagi mereka (jika ada!); saran-saran bagi perbaikan
produk ataupun perbaikan prosedur kerja; dan perasaan para karyawan mengenai
segala sesuatu yang ada di perusahaan tersebut.
Para manajer memerlukan umpan
balik yang akurat mengenai pesan-pesan mereka apakah telah dipahami atau
bagaimana keputusan-keputusan tersebut diterima serta masalah-masalah apa yang
timbul kemudian.
Salah satu kelemahan dari
komunikasi ke atas adalah adanya kemungkinan karyawan hanya menyampaikan
informasi yang baik saja (dikenal dengan istilah Laporan Asal Bapak
Senang/ABS), sedangkan informasi yang agaknya memberi kesan negatif atau yang
mungkin tidak disenangi oleh pimpinan cenderung tidak disampaikan.
c. Komunikasi ke Samping
Komunikasi
ke samping atau disebut juga komunikasi horisontal adalah komunikasi yang
terjadi antara unit-unit yang memiliki posisi sejajar atau setingkat dalam
suatu organisasi.
Komunikasi horisontal biasanya
digunakan untuk mengko-ordinasikan kegiatan, memecahkan masalah, menyelesaikan
konflik, melakukan persuasi, memberikan informasi kepada unit yang memiliki
kedudukan sejajar baik dalam satu unit (bagian) maupun antar unit, dan
sebagainya.
Keterangan:
d. Komunikasi Silang
Komunikasi
Silang atau dinamakan juga Komunikasi Diagonal adalah antara dua tingkat yang
berbeda dalam sebuah organisasi.
Komunikasi
Silang ini terutama banyak dijumpai pada organisasi yang berskala besar yang
memiliki saling keter-gantungan yang relatif cukup besar antar unit-unit dalam
organisasi tersebut.
Bentuk
komunikasi diagonal (silang) ini memiliki beberapa manfaat antara lain: (1)
Penyebaran informasi bisa menjadi lebih cepat dibandingkan bentuk komunikasi
lainnya; (2) Memberikan peluang kepada individu dari berbagai unit dalam
organisasi tersebut untuk menyelesaikan masalah.
2. Pola Komunikasi Informal
Bagan organisasi
formal dapat menggambarkan bagaimana informasi ditransformasikan dari satu unit
ke unit yang lain sesuai dengan jalur hirarki yang ada. Namun dalam praktek
nampaknya garis dan kotak yang tergambar dalam struktur organisasi tidak mampu mencegah orang-orang dalam
suatu organisasi untuk saling bertukar informasi. Hal ini menyebabkan
keberadaan jaringan komunikasi informal dalam suatu organisasi tak dapat
dielakkan. Biasanya jaringan ini digunakan oleh para manajer untuk memantau
karyawannya dalam melakukan tugas pekerjaan.
Dalam jaringan komunikasi informal,
orang-orang yang ada dalam organisasi tanpa memperdulikan jenjang hirarki,
pangkat dan kedudukan/jabatan, dapat berkomunikasi secara leluasa.
C. TINGKATAN
KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI BISNIS
Komunikasi di dalam sebuah
organisasi bisnis memiliki tingkatan atau disebut juga tingkatan kedalaman
(Powell, 1969, seperti yang dikutip Curtis et al., 1996)
Tingkatan pertama komunikasi yaitu tingkat
komunikasi yang paling dasar yang melibatkan rutinitas. Misalnya, sapaan
“Bagaimana kabar Anda hari ini?” atau “Hai, apa kabar?”.
Tingkat
yang kedua dalam komunikasi melibatkan ‘percakapan informasi umum’. Informasi
ini tidak bersifat rahasia dan tidak membahayakan seseorang untuk membagi
informasi. Dengan kata lain tidak ada risiko yang ditanggung. Misalnya,
percakapan karyawan satu “Apakah Anda pernah mengoperasikan komputer untuk
mengolah data statistik?”; karyawan dua “Ya, ketika saya bekerja di perusahaan
konsultan”.
Tingkatan
yang ketiga melibatkan penyingkapan opini, kepercayaan, dan nilai. Tingkat ini
memulai proses ikatan dalam hubungan dan ini menandakan bahwa kepercayaan hadir
dalam diri pengirim awal pesan. Tingkat ini adalah awal hubungan persahabatan.
Dalam lingkungan bisnis, tingkat kepercayaan seperti ini merupakan hal yang
penting antara penyelia dan karyawan yang menjadi bawahannya.
Mari kita simak dialog berikut:
MANAJER PENJUALAN : Anda tahu, saya prihatin akan proses
peru-bahan rancangan. Saya pikir, penjualan produk kita akan lebih tertolong
jika seseorang dari bagian Penelitian dan Pengembangan mendiskusikan rencana
perubahan dengan kelompok penjualan kita sebelum produksi dimulai. Apakah
pendapat saya ini masuk akal menurut Anda?
BAWAHAN (INSINYUR) : Saya mengerti apa yang Bapak katakan. Akan
tetapi, menyelenggarakan rapat dapat meng-habiskan waktu aktivitas perancangan
walau-pun hal itu mungkin akan
sangat berguna menurut
pandangan perusahaan. Apakah kelompok penjualan bersedia menyediakan waktu
diskusi dengan pembahasan yang singkat?
Pada dialog tersebut, sang
manajer penjualan membagi suatu opini dan menerima tanggapan yang pantas.
Bawahan yang insinyur tersebut mengerti, tetapi berhati-hati. Sang insinyur,
sebagaimana manajer penjualan, membuka suatu nilai: hal apa yang paling penting
dalam perusahaan.
Selanjutnya, pada tingkatan
keempat dalam komunikasi, pengekspresian perasaan dapat dilakukan secara lebih
baik, suasana dijernihkan, hubungan ditegaskan, dan seterusnya. Di sini
dilibatkan pembagian perasaan. Gagasan pembagian perasaan pribadi dengan orang
lain dapat menjadi suatu ancaman.
Cermatilah dialog berikut:
MANAJER
PENJUALAN : Amrita, silahkan masuk. Saya
mengundang Anda kemari karena saya ingin Anda tahu betapa senangnya saya atas
kerja Anda. Saya ingin memberitahu secara langsung kepada Anda bahwa masa
percobaan kerja Anda sekarang tinggal sejarah. Saya sangat senang menerima Anda di perusahaan kami.
AMRITA
(karyawati) : Oh, terima kasih Pak. Saya ingin Bapak tahu
bahwa semua ini merupakan pengalaman yang berharga dan saya masih harus belajar
lebih banyak. Saya sangat menghargai dukungan setiap orang.
Dalam dialog tersebut, sang manajer harus berkomunikasi
dengan seorang karyawati. Adanya perhatian yang besar dari manajer tersebut
sehingga ia perlu membagi perasaan positif kepada bawahannya.
Dan akhirnya, tingkatan kelima dikenal dengan istilah
komunikasi intim atau komunikasi puncak. Pada tingkat ini seseorang dapat
diajak berbagi perasaan secara akrab mengenai berbagai topik. Hubungan seperti
ini biasanya jarang dijumpai dalam lingkungan kerja. Biasanya, tingkat
komunikasi ini digunakan oleh pasangan suami-istri atau anggota keluarga dekat
yang lain.
Daftar Pustaka
Purwanto, Djoko. 2006. Komunikasi
Bisnis. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Tubbs, Stewart L. and Sylvia Moss. Human
Communication. (Terjemahan).
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Bovee,
Courtland L; Thill, Jhon V. 2012. Komunjkasi
Bisnis, Prenhallindo, Jakarta
Guffey, Mary Ellen, 2006, Bussiness Communication, edisi 4,
Salemba Empat, Jakarta,
Komentar
Posting Komentar